Pendidikan

Zaman Mesolitikum – Pengertian, Peninggalan, Alat Dan Seninya

Definisi Zaman Mesolitikum

Zaman Mesolitikum – Definisi, Peninggalan, Alat Dan Seni – LecturerEducation.Com– Zaman Mesolitikum merupakan salah satu zaman prasejarah yaitu zaman batu dimana manusia masih menggunakan batu sebagai alat dalam kegiatan sehari-hari. Zaman Mesolitik sendiri disebut Zaman Batu Tengah dan terjadi pada periode Holsen sekitar 10.000 tahun yang lalu.


Jika dibandingkan dengan zaman batu sebelumnya, pada zaman ini manusia mulai mengalami perkembangan kebudayaan yang lebih cepat. Perkembangan budaya Kecepatan yang cepat ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah keadaan alam yang lebih stabil. Akibatnya, manusia pada zaman ini hidup lebih damai, sehingga dapat mengembangkan kebudayaannya.


Peninggalan Zaman Mesolitikum

Pada era kehidupan manusia purba tidak terlalu berbeda dengan kehidupan manusia purba pada masa-masa sebelumnya. Mereka memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan berburu dan mengumpulkan makanan. Namun, saat ini manusia lebih pintar dari pendahulunya.


Mereka mulai menetap dan membangun tempat tinggal semi permanen di tepi laut dan di dalam gua, sehingga tidak heran jika banyak ditemukan peninggalan prasejarah di tempat-tempat tersebut. Manusia purba yang hidup pada zaman Mesolitik sudah memiliki kemampuan membuat gerabah dari tanah liat.


Selain itu, mereka juga sudah mulai bercocok tanam, meski dengan cara yang masih sederhana. Manusia purba pada masa ini masih menggunakan alat-alat yang diambil dari tulang dan tanduk hewan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada masa awal atau paleolitikum pengumpulan makanan.


Alat-alat ini terdapat di pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara bagian timur. Barang-barang hasil kebudayaan Mesolitikum yang ditemukan antara lain kapak tangan sumatera (budaya kerikil sumateralit), serpih (budaya serpih) di daerah Toala, perkakas tulang (budaya tulang) di Sampung.


Baca juga: Konferensi Meja Bundar


Zaman Mesolitik atau Zaman Batu Tengah tentunya lebih maju dari Zaman Paleolitik. Perkembangan budaya yang pesat ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti berikut ini:

  1. Kondisi alam saat ini relatif lebih stabil sehingga manusia dapat hidup dalam suasana yang lebih tenang, karena dengan kehidupan yang lebih tenang mereka dapat mengembangkan kebudayaannya.
  2. Manusia pendukung budaya Mesolitik, yaitu Homo sapiens, lebih pintar dari pendahulunya.

Kehidupan di Zaman Mesolitikum

Mereka sudah mulai menetap dan membangun tempat tinggal semi permanen dan mereka juga sudah mulai bercocok tanam meskipun dengan cara yang masih sederhana. Tempat yang mereka pilih untuk tinggal umumnya terletak di:

  1. di tepi pantai (kjokkenmoddinger)
  2. gua (abris sous roche)

Sehingga di lokasi tersebut banyak ditemukan peninggalan kebudayaan manusia pada masa itu. Manusia purba pada masa ini masih menggunakan alat-alat yang terbuat dari tulang dan tanduk hewan untuk digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti pada masa pengumpulan makanan pada zaman Paleolitikum. Alat-alat pada zaman Mesolitik ditemukan di pulau Sumatera, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara bagian timur.


Manusia yang hidup pada Zaman Batu Tengah sudah memiliki kemampuan membuat gerabah dari tanah liat. Benda-benda hasil kebudayaan Mesolitikum yang ditemukan antara lain kapak tangan sumatera (budaya kerikil sumateralit), serpih (budaya serpih) di daerah Toala, alat-alat yang terbuat dari tulang (budaya tulang) di sampung.


Baca juga: Inilah Zaman Prasejarah Berdasarkan Geologi


Ciri-ciri Zaman Mesolitik

Pastinya zaman batu tengah Mesolitik memiliki ciri-ciri yang dapat memudahkan kita mengenali zaman ini. Ciri-ciri zaman mesolitikum atau ciri-ciri zaman mesozoikum adalah :

  1. Mereka tidak lagi nomaden atau memiliki tempat tinggal semi permanen seperti di gua dan di pantai.
  2. Sudah memiliki kemampuan bercocok tanam meskipun masih menggunakan metode yang sederhana
  3. Sudah bisa membuat kerajinan tangan dari gerabah.
  4. Masih melakukan food gathering
  5. Alat yang dihasilkan hampir sama dengan alat pada zaman paleolitik yaitu alat yang terbuat dari batu dan masih kasar.
  6. Penemuan sampah dapur disebut kjoken mondinger.

Hasil Kebudayaan Zaman Mesolitikum


Kjokkenmoddinger (limbah dapur)

Kjokkenmoddinger merupakan istilah yang berasal dari bahasa Denmark yaitu kjokken yang artinya dapur dan modding artinya sampah jadi. Jadi kjokkenmoddinger adalah fosil berupa timbunan atau tumpukan kerang dan siput sehingga mencapai ketinggian ± 7 meter.


Penemuan ini juga menjadi bukti bahwa manusia purba sudah mulai menetap atau tidak lagi nomaden. Karena sebagian besar fosil tersebut ditemukan di sepanjang pantai timur Sumatera, antara daerah Medan dan Langsa.


Pada tahun 1925 dr. Pv Van stein callenfels melakukan penelitian tentang kjokkenmoddinger. Belakangan, ia menemukan kapak genggam yang berbeda dengan kapak genggam pada zaman Paleolitik.


Kultur tulang dari sampung (sampung bone culture)

Karena sebagian besar yang ditemukan adalah alat-alat yang terbuat dari tulang, para arkeolog menyebutnya sebagai budaya tulang sampung.


Baca juga: Keistimewaan VOC – Panjang, Latar Belakang, Tujuan Dan Kebijakannya


Budaya bacson-hoabinh

Hoabinh Bacson adalah budaya yang ditemukan di bukit-bukit kerang dan gua-gua di Indo-Cina, Sumatera Timur dan Melaka. Ada alat seperti batu giling yang ditemukan di dalam gua.


Peninggalan yang satu ini cukup unik, jika ada yang meninggal maka jenazah diposisikan dengan posisi jongkok kemudian dicat merah. Tujuan pemberian cat, katanya, adalah “menghidupkan kembali mereka yang masih hidup”.


Abris Sous Roche

Abris Sous Roche

Salah satu peninggalan zaman Mesolitik adalah Abris sous roche


Abris sous roche adalah gua yang menyerupai ceruk batu, yang berfungsi sebagai tempat tinggal. Penelitian budaya Abris sous roche juga pernah dilakukan oleh van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung, Ponorogo (Madiun). Hasil kebudayaan Abris sous roche juga terdapat di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut dengan kebudayaan Toala. Budaya Toala ditemukan di sebuah gua bernama Goa Leang PattaE dan inti dari budaya ini adalah serpihan dan kerikil. Selain Toala, para ahli juga menemukan budaya Bacson-Hoabinh dan Bandung di Indonesia.


Bacson-Hoabinh diperkirakan sebagai pusat kebudayaan Indonesia prasejarah dan terdiri dari dua macam budaya, yaitu budaya kerikil (perkakas tulang yang datang dari barat) dan budaya serpih (datang dari timur). Sedangkan van Koenigswald melakukan penelitian budaya Bandung di daerah Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka, BanjarabSoreang, dan Cililin Barat. Budaya yang ditemukan berisi uflakes yang disebut mikrolit (batu kecil), pecahan tembikar, dan benda-benda perunggu.


Kapak Sumatera


Disebut kapak sumatera, karena kapak ini paling banyak ditemukan di pantai timur sumatera yaitu antara Langsa dan Medan. Arkeolog menyebutnya kerikil. Kapak ini diduga merupakan hasil kebudayaan Mesolithikum.


Alat-alat yang ditemukan sebagian besar terbuat dari tulang, sehingga disebut sebagai Budaya Sampung Bone. Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga menemukan kapak Sumatera dan kapak pendek. Abris sous roche juga ditemukan di daerah Timor dan Rote oleh Alfred Buhler yang menemukan budaya serpih dari kalsedon batang dan ini diduga merupakan warisan masyarakat Papua Melanesoide.


Alat mesolitik

  • Kerikil Sumatera (kapak genggam Sumatera)

Kerikil Sumatera

Kapak genggam Sumatera ditemukan oleh PV VAN Stein Callenfels pada tahun 1925, ia melakukan penelitian di bukit batok dan akhirnya kapak ini ditemukan. Bahan untuk membuat kapak adalah batu pecah.


  • Hachecourt (kapak pendek)

Hachecourt

Selain masalah di atas, dr. PV VAN Stein Callenfels juga menemukan hachecourt di bukit kerang. Tapi panjangnya tidak sama dengan kerikil, kapak ini lebih pendek. Kemudian dikatakan Hachecourt.


Batu Pipa

Ada juga pipisan yaitu batu asah beserta pondasinya. Selain digunakan untuk menggiling makanan, batu ini juga digunakan untuk menghaluskan cat merah yang berasal dari tanah merah.


Baca juga: Keputusan Presiden – Latar Belakang, Isi, Alasan dan Dampak


Kesimpulannya, zaman Mesolitik memiliki banyak kemajuan dalam budayanya. Pada zaman Mesolitik mereka sudah memiliki tempat tinggal semi permanen, mulai bercocok tanam, dan memiliki kemampuan membuat gerabah. Ini membuktikan bahwa masyarakat prasejarah berkembang dan mulai berinovasi.


Zaman Mesolitikum di Indonesia

Pada zaman Mesolitik di Indonesia manusia hidup tidak jauh berbeda dengan zaman Paleolitik yaitu dengan berburu dan menangkap ikan, namun manusia pada masa itu juga mulai memiliki tempat tinggal yang agak tetap dan bercocok tanam secara sederhana. Tempat tinggal yang mereka pilih umumnya berada di tepi pantai (kjokkenmoddinger) dan gua (abris sous roche) sehingga di lokasi tersebut banyak ditemukan jejak-jejak kebudayaan manusia pada masa itu.


Ciri-ciri zaman Mesolitik

  1. Nomaden dan masih melakukan food gathering (mengumpulkan makanan)
  2. Alat-alat yang dihasilkan hampir sama dengan alat-alat zaman paleolitikum yang masih berupa alat-alat batu kasar.
  3. Penemuan bukit kerang di pantai yang disebut Kjoken Mondinger (limbah dapur)
  4. Alat-alat zaman mesolitik antara lain: Kapak Tangan (Pebble), Kapak Pendek (hache Courte) Kerikil (millstones) dan kapak dari batu sungai yang dibelah.
  5. Alat-alat di atas terdapat di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Flores.
  6. Alat-alat kebudayaan Mesolithikum yang terdapat di Gua Lawa Sampung, Jawa Timur yang disebut Abris Sous Roche antara lain: Serpih (flakes), mata panah, pipih, kapak persegi dan alat tulang.


Sekian penjelasan artikel diatas tentang Zaman Mesolitikum – Definisi, Peninggalan, Alat Dan Seni Semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca DosenPendidikan.Com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

| |
Back to top button