Penerimaan Diri – Komponen, Tahapan, Ciri, Aspek dan Faktor
Definisi Penerimaan Diri
Penerimaan diri adalah kondisi dan sikap positif individu berupa harga diri, menerima segala kelebihan dan kekurangan, mengetahui kelebihan dan kekurangan, tidak menyalahkan diri sendiri atau orang lain dan berusaha sebaik mungkin untuk menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Berikut beberapa definisi penerimaan diri menurut para ahli, yang terdiri dari:
- Menurut Hurlock (1973)
Penerimaan diri merupakan tingkat kemampuan dan keinginan individu untuk hidup dengan segala karakteristik dirinya. Individu yang dapat menerima diri sendiri diartikan sebagai individu yang tidak memiliki masalah dengan dirinya sendiri, tidak memiliki beban perasaan terhadap dirinya sendiri sehingga individu lebih memiliki kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
- Rubin (dalam Ratnawati, 1990)
Menyatakan bahwa penerimaan diri adalah suatu sikap yang mencerminkan perasaan senang sehubungan dengan realitas diri sendiri. Penerimaan diri dapat diartikan sebagai sikap penerimaan terhadap gambaran realita seseorang.
- Schultz (Ratnawati, 1990)
Tentang penerimaan diri. Ia menyatakan bahwa penerimaan diri yang terbentuk merupakan hasil penelaahan terhadap seluruh kemampuan diri.
- Menurut Chaplin (2004)
Penerimaan diri adalah sikap yang merupakan rasa puas terhadap kualitas dan bakat seseorang, serta pengakuan akan keterbatasan diri sendiri. Pengakuan akan keterbatasan diri ini tidak diikuti oleh perasaan malu atau bersalah. Individu ini akan menerima sifatnya apa adanya.
- Menurut Ryff (dalam Kail dan Cavanaugh, 2000)
Penerimaan diri adalah sebagai individu yang memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri, mengakui dan menerima aspek yang berbeda dari dirinya.
- Allport (dalam Hjelle dan Ziegler, 1992)
Menjelaskan bahwa penerimaan diri merupakan sikap positif, yaitu ketika individu menerima dirinya sebagai manusia. Ia dapat menerima keadaan emosinya (depresi, marah, takut, cemas, dll) tanpa mengganggu orang lain.
Komponen Penerimaan Diri
Menurut Bastaman “2007”, ada beberapa komponen yang menentukan keberhasilan seseorang dalam penerimaan diri, yaitu sebagai berikut:
- Pemahaman diri “SelfInsight”
Yakni meningkatkan kesadaran akan kondisi buruk diri saat ini dan keinginan yang kuat untuk melakukan perubahan menuju kondisi yang lebih baik. - Makna Hidup “Arti Hidup”
Nilai-nilai penting yang bermakna bagi kehidupan pribadi seseorang yang menjadi tujuan hidup yang harus dipenuhi dan mengarahkan aktivitas seseorang. - Mengubah Sikap
Mengubah diri negatif menjadi positif dan lebih tepat dalam menghadapi masalah. - Komitmen Diri
Ini adalah komitmen individu terhadap makna hidup yang ditentukan. Komitmen yang kuat akan membawa pada kehidupan yang lebih bermakna dan mendalam. - Aktivitas yang Diarahkan “Aktivitas yang Diarahkan”
Suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja dalam bentuk mengembangkan potensi pribadi yang positif dan memanfaatkan hubungan interpersonal untuk mencapai tujuan hidup. - Dukungan Sosial “Dukungan Sosial”
Yaitu adanya seseorang atau sejumlah orang yang akrab, dapat dipercaya dan selalu siap memberikan bantuan pada saat dibutuhkan.
Tahapan Penerimaan Diri
Menurut Germer “2009” proses penerimaan diri sebagai bentuk kondisi terhadap ketidaknyamanan. Tahap awal yang terjadi adalah kebencian, kemudian proses dimulai dengan rasa ingin tahu terhadap masalah tersebut. Jika berjalan dengan baik pada akhirnya akan merangkul apa pun yang terjadi dalam kehidupan individu. Penjelasan tentang tahapan penerimaan diri adalah sebagai berikut:
- Keengganan “Kebencian / Keengganan, Penghindaran, Perlawanan”
Reaksi alami terhadap perasaan tidak nyaman adalah keengganan atau keengganan. Keengganan/keengganan ini juga dapat membentuk keterikatan atau perenungan mental, mencoba mencari cara untuk menghilangkan perasaan ini. - Keingintahuan “Melawan Ketidaknyamanan Dengan Hati-hati”
Pada tahap ini individu mulai memiliki pertanyaan tentang hal-hal yang dianggap perlu untuk diperhatikan. Pertanyaan yang biasanya muncul adalah “perasaan apa ini..??, apa arti perasaan ini?, kapan perasaan ini muncul”. - Toleransi “Menderita dengan Aman”
Toleransi berarti menahan rasa sakit emosional yang dirasakan, namun individu tetap melawannya dan berharap perasaan tersebut segera hilang. - Mengizinkan “Membiarkan Perasaan Datang Dan Pergi”
Setelah melalui proses menahan perasaan tidak menyenangkan telah selesai, individu akan mulai membiarkan perasaan tersebut datang dan pergi. Individu secara terbuka membiarkan perasaan itu mengalir dengan sendirinya. - Persahabatan “Merangkul, Melihat Nilai Tersembunyi”
Individu melihat nilai-nilai yang ada ketika keadaan sulit menimpa mereka. Ini adalah tahap terakhir dalam penerimaan diri.
Ciri-ciri penerimaan diri
Jersild (dalam Hurlock, 1974) mengemukakan beberapa karakteristik penerimaan diri untuk membedakan antara orang yang menerima keadaan diri dan orang yang menolak keadaan diri. (penyangkalan). Berikut ciri-ciri orang yang menerima keadaannya sendiri:
- Orang yang menerima diri sendiri memiliki harapan yang realistis terhadap keadaan mereka dan menghargai diri mereka sendiri.
- Percaya diri dengan standar dan pengakuan atas dirinya sendiri tanpa terpaku pada pendapat orang lain.
- Memiliki perhitungan keterbatasannya sendiri dan tidak melihat dirinya secara irasional
- Sadar akan aset diri yang mereka miliki, dan merasa bebas untuk menarik atau melakukan apa yang mereka inginkan.
- Menyadari kekurangannya tanpa menyalahkan dirinya sendiri.
Aspek Penerimaan Diri
Aspek-aspek yang terkandung dalam penerimaan diri antara lain sebagai berikut:
Menurut Shostrom (Poduska, 1990) proses penerimaan diri dapat ditempuh melalui pengenalan diri, terutama pembatasan diri sehingga individu tidak bertindak di luar kemampuannya dan tidak perlu berpura-pura mampu melakukan sesuatu. Pengenalan diri dapat dilakukan dengan mengenal diri sendiri baik secara internal maupun eksternal. Simorangkir (1987) berpendapat bahwa mengetahui secara internal dapat dilakukan dengan menilai diri sendiri dari segi kekuatan, kelemahan, sifat, dan sebagainya. Pengenalan diri secara eksternal dilakukan dengan menilai diri sendiri menurut pandangan orang lain.
- Refleksi penerimaan diri (mencerminkan penerimaan diri)
Artinya, membuat kesimpulan tentang diri kita sendiri berdasarkan persepsi kita tentang bagaimana orang lain melihat kita. Hal ini dapat dilakukan dengan menanyakan pendapat orang lain tentang diri sendiri (Supratiknya, 1995).
- Penerimaan diri dasar (penerimaan diri dasar)
Yaitu keyakinan bahwa diri diterima secara intrinsik dan tanpa syarat. Penerimaan diri dasar ini lebih berorientasi pada urusan pribadi individu. Individu mampu menghargai dan menerima dirinya apa adanya dan tidak menetapkan standar atau persyaratan yang tinggi di luar kemampuannya (Supratiknya 1995).
- Perbandingan antara yang nyata dan yang ideal (Perbandingan Real-Ideal)
Yaitu penilaian terhadap diri yang sebenarnya dibandingkan dengan diri yang diimpikan atau diinginkan (Supratiknya, 1995). Kesenjangan antara diri ideal dan diri sejati hanya akan menyebabkan individu merasa tidak puas dan mudah frustasi.
Pengungkapan diri mengandung pengertian bahwa penerimaan diri dapat ditempuh dengan upaya mengasah keberanian mengungkapkan diri (pikiran, perasaan, atau orang lain) kepada orang lain (Supratiknya, 1995). Pengungkapan diri dapat memberikan informasi kepada individu tentang siapa dirinya, karena dari interaksi inilah individu akan mendapatkan masukan yang berguna untuk memperkaya pengetahuan tentang dirinya. Pengungkapan pikiran atau perasaan harus dilakukan secara asertif karena tindakan tersebut lebih mendukung perkembangan kepribadian yang sehat daripada cara-cara agresif atau pasif.
Menurut Allport (Sobur, 2003) salah satu unsur penting dalam penerimaan diri adalah kemampuan mengendalikan emosi. Upaya pengendalian emosi dapat dilakukan melalui tindakan asertif, karena dalam asertif terdapat pengendalian emosi sehingga keterbukaan diri antar individu yang berkomunikasi dapat berjalan seimbang dan tidak ada individu yang tersakiti atau terluka.
Menurut Schneiders (1964) dalam penerimaan diri terjadi penyesuaian diri. Individu yang tidak mampu beradaptasi menjadi tidak mampu menerima dirinya sendiri. Misalnya, ketika individu memiliki cacat pada tubuhnya, individu harus menyesuaikan diri dengan cacat tersebut, sehingga cacatnya dapat diterima sebagai bagian dari dirinya.
Sebaliknya, jika tidak mampu menyesuaikan diri, individu cenderung mengembangkan reaksi negatif terhadap dirinya sendiri, seperti terus menerus mengeluh, putus asa, frustasi, mengabaikan dirinya sendiri, dan sebagainya. Reaksi ini menunjukkan bahwa individu tersebut berusaha untuk menolak kecacatannya. Jika keadaan ini dibiarkan, individu tidak akan dapat menerima dirinya sendiri.
- Memanfaatkan potensi secara efektif
Individu yang dapat memanfaatkan potensinya secara efektif dapat membantu menciptakan penerimaan diri. Mappiare (1982) mengatakan bahwa penerimaan diri berarti mampu menerima diri sendiri apa adanya dan menggunakan apa yang dimiliki secara efektif. Pendapat Mappiare mengandung dua hal yaitu pertama, proses penerimaan diri adalah kemampuan mengenali potensi diri. Kedua, ada upaya positif untuk memanfaatkan apa yang dimiliki, artinya ada rencana untuk mencapai masa depan yang baik.
Kesimpulannya, aspek penerimaan diri meliputi pengetahuan diri, penerimaan diri tercermin, penerimaan diri dasar, perbandingan antara diri yang nyata dan ideal, pengungkapan diri, penyesuaian diri, pemanfaatan potensi secara efektif.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Diri
Menurut Hurlock “1996” ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan diri seseorang, yaitu sebagai berikut:
- Pemahaman Diri. Pemahaman diri adalah persepsi tentang diri sendiri yang ditandai dengan keaslian, bukan kepura-puraan, kenyataan, bukan fantasi, kebenaran, bukan kebohongan, keterusterangan, tidak berbelit-belit.
- Harapan Realistis. Ketika harapan seseorang terhadap keberhasilan yang akan dicapai merupakan harapan yang realistis, maka akan muncul peluang untuk mencapai keberhasilan, sehingga akan terbentuk kepuasan diri yang pada gilirannya membentuk sikap penerimaan diri.
- Tidak ada hambatan dari lingkungan. Ketidakmampuan untuk mencapai tujuan yang realistis dapat disebabkan oleh ketidakmampuan individu untuk mengendalikan hambatan lingkungan, misalnya: diskriminasi, ras, jenis kelamin, dan kepercayaan.
- Tidak adanya tekanan emosional yang berat, tekanan yang berat dan terus menerus seperti yang terjadi di lingkungan kerja atau rumah yang kondisinya tidak baik, dapat mengakibatkan gangguan yang serius, sehingga perilaku orang tersebut dianggap menyimpang dan orang lain menjadi terlihat selalu mengkritik dan menolak orang. itu.
- Kesuksesan yang sering terjadi, kegagalan yang sering menimpa membuat seseorang menolak dirinya sendiri, sebaliknya kesuksesan yang sering terjadi menumbuhkan penerimaan diri.
- Konsep diri yang stabil, konsep diri yang baik akan menghasilkan penerimaan diri yang baik tetapi sebaliknya jika konsep diri buruk dengan sendirinya akan mengakibatkan penolakan diri.
Demikianlah pembahasan mengenai Penerimaan Diri – Pengertian Menurut Para Ahli, Komponen, Tahapan, Ciri, Aspek dan Faktor Semoga ulasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂
Baca Juga Artikel Lainnya :
- Definisi “Harga Diri” & (Aspek – Sumber – Komponen – Faktor yang Mempengaruhi)
- Potensi Diri adalah
- Komprehensif Apakah
- Kematangan emosional adalah
- Karakter Adalah