Metamorfosisi Capung – Morfologi, Perilaku dan Manfaatnya
Metamorfosis Capung – Morfologi, Perilaku dan Manfaat – Untuk pembahasan kali ini kita akan mengulas tentang Metamorfosis Capung yang dalam hal ini meliputi morfologi, tingkah laku dan manfaat, nah agar lebih paham dan paham simak ulasan lengkapnya di bawah ini.
Morfologi Capung
Capung termasuk dalam kelompok serangga atau insekta yang memiliki ciri-ciri yang terdiri dari tiga bagian, yaitu: kepala (caput), dada (thorax), dan perut (abdomen). Kepala capung relatif besar dibandingkan badannya, bentuknya membulat/memanjang kesamping dengan punggung menjorok ke dalam. Bagian kepala yang sangat mencolok adalah sepasang mata majemuk besar yang terdiri dari banyak mata kecil yang disebut ommatidium. Di antara kedua mata majemuk tersebut terdapat sepasang antena pendek, licin seperti benang (Aswari, 2003).
Baca Juga Artikel Terkait : Metamorfosis Lalat
Mulut capung berkembang sesuai fungsinya sebagai pemangsa, di bagian depan terdapat labrum (bibir depan), di belakang labrum terdapat sepasang mandibula (rahang) yang kuat untuk mengoyak tubuh mangsanya. Di belakang mandibula terdapat sepasang maksila yang berguna untuk membantu kerja mandibula, dan bagian paling belakang mulut terdapat labium yang merupakan bibir belakang (Borror and Dwight, 1995 di Aswari, 2003).
Dada (thorax) terdiri dari tiga ruas, yaitu prothorax, mesothorax, dan metathorax yang masing-masing menopang sepasang kaki. Menurut fungsinya, kaki capung termasuk dalam jenis raptorial leg, yaitu kaki yang digunakan untuk berdiri dan menangkap mangsanya.
Perutnya terdiri dari beberapa ruas, ramping dan memanjang seperti ekor atau sedikit melebar. Ujungnya dilengkapi dengan tambahan seperti rumbai yang dapat digerakkan dengan variasi bentuk tergantung jenisnya (Watson dan semua.1991).
Sayap capung memiliki bentuk yang khas yaitu lonjong/memanjang dan tembus pandang, terkadang dengan warna yang menarik seperti coklat kekuningan, hijau, biru atau merah. Lembaran sayap didukung oleh venasi (Aswari, 2003). Para ahli mengidentifikasi dan membedakan capung dengan melihat susunan venasi pada sayapnya (Susanti, 1998).
Lihat Juga Materi Tentang : Pengertian Metamorfosis Sempurna Dan Tidak Sempurna
Tahapan Proses Metamorfosis Pada Capung
Berikut adalah 3 (tiga) tahapan proses metamorfosis pada capung, yang terdiri dari:
-
Proses Telur Capung
Metamorfosis capung dimulai dengan tahap telur. Telur capung dihasilkan dari proses perkawinan antara induk capung jantan dengan induk capung betina. Sepasang induk capung umumnya melakukan perkawinan di udara. Jika Anda pernah melihat 2 capung terbang bersama, saat itulah terjadi proses kawin.
Setelah sel telur betina dibuahi oleh spermatozoa capung jantan, sel telur yang dikandung betina kemudian akan diletakkan di sekitar perairan. Paling sering dijumpai, induk betina bertelur di daun tanaman air seperti eceng gondok, padi dan rerumputan di tepian sungai. Bertelur di area yang dekat dengan air bukan tanpa alasan. Saat telur menetas nanti, nimfa yang keluar dari cangkang telur capung hanya akan hidup jika berada di wilayah perairan.
Lihat Juga Materi Tentang : Proses Metamorfosis Pada Kecoa
-
Proses Nimfa Capung
Setelah telur capung menetas, nimfa muncul dari cangkang telur kemudian tenggelam ke perairan dangkal. Nimfa capung tergolong karnivora yang sangat ganas. Ia memakan semua mikroorganisme air seperti alga, kecebong (larva katak), benih ikan, dan memangsa temannya sendiri. Untuk bertahan hidup di air, nimfa capung bernapas dengan insang yang terletak di ujung perutnya.
Di perairan, nimfa terus tumbuh dan berkembang. Ini mengalami 8 sampai 12 molting (ecdysis) dengan setiap tahap disebut instar.
Dalam proses metamorfosis capung, tahap nimfa merupakan tahap yang paling banyak menghabiskan waktu. Tahap nimfa dapat berlangsung antara 4 minggu dan 4 tahun. Durasi tahap nimfa sangat dipengaruhi oleh spesies dan lingkungan tempat tinggalnya.
Lihat Juga Materi Tentang : Proses Metamorfosis Pada Nyamuk
-
Proses Imago (Capung Dewasa)
Setelah melewati fase nimfa yang panjang, metamorfosis capung berlanjut dengan tahap imago. Nimfa capung yang sebelumnya berada di dasar air akan perlahan merangkak keluar melalui dahan-dahan daun tanaman air. Imago muncul dengan melepaskan cangkang terakhirnya dari nimfa yang disebut exuvia. Pada fase peralihan dari nimfa ke imago ini, kondisi capung sangat lemah. Sangat rawan dimangsa oleh aves, ikan, dan hewan pemakan serangga lainnya.
Di awal fase imago, capung sudah memiliki 2 pasang sayap, dada dan perut seperti capung dewasa. Hanya saja tubuhnya masih sangat empuk. Ia mampu terbang dan mencari mangsa kesana kemari. Ia akan tumbuh menjadi capung dewasa dan menghabiskan hidupnya yang hanya bertahan selama 2 sampai 4 bulan.
Ia akan bereproduksi lagi, kawin dengan pasangannya dan kembali bertelur capung baru di atas daun untuk melanjutkan proses metamorfosis selanjutnya.
Lihat Juga Materi Tentang : Proses Metamorfosis Pada Katak
Perilaku Capung
Pada beberapa jenis capung, capung jantan yang siap kawin memiliki kebiasaan menempati ‘daerah’. Capung jantan umumnya berwarna cerah atau mencolok dibanding betina. Pewarnaan yang mencolok dari capung jantan ini membantu menunjukkan wilayah teritorialnya kepada pejantan lainnya.
Perkelahian antar capung jantan sering terjadi di wilayahnya masing-masing. Jika capung betina terbang mendekati suatu daerah, maka capung jantan akan mencoba mengawininya (Susanti, 1998).
Capung kawin saat terbang di sekitar perairan menggunakan jumbai ekornya. Capung jantan akan mencengkeram bagian belakang kepala capung betina. Kemudian capung betina akan membengkokkan ujung perutnya ke arah alat kelamin jantan yang sebelumnya telah terisi sel sperma. Situasi ini membentuk posisi yang menarik seperti lingkaran yang disebut “roda pernikahan” (Nanao, 1996).
Lihat Juga Materi Tentang : Proses Metamorfosis Pada Kupu-Kupu
Segera setelah kawin, capung betina siap bertelur dengan berbagai cara sesuai spesiesnya, ada yang menyimpannya di sela-sela batang tanaman, ada yang menyelam ke dalam air untuk bertelur. Oleh karena itu, capung selalu terikat oleh air untuk bertelur dan untuk kehidupan nimfanya (Kubo, 1997).
Capung jantan menempatkan dirinya di tempat tertentu di mana dia berperilaku sedemikian rupa untuk membuat para penyusup menghindar dan melarikan diri. Pada spesies capung yang menunjukkan teritorialitasnya, capung jantan menempati suatu area selama lebih dari beberapa hari berturut-turut, meskipun individu yang agresif dapat tetap berada di area tersebut tanpa gangguan selama 1 hingga 3 minggu (Corbet, 1980). di Kartini, 2002).
Manfaat Capung Bagi Manusia
Capung bermanfaat langsung bagi manusia, karena nimfa capung memakan berbagai jenis hewan air termasuk jentik nyamuk yang dapat menyebabkan penyakit malaria dan demam berdarah. Di beberapa negara Asia Timur, baru-baru ini terungkap bahwa capung dapat digunakan sebagai penolak nyamuk penyebab demam berdarah yang efektif (Yahya, 2005).
Capung juga bisa disebut sebagai indikator air bersih. Artinya capung dapat digunakan untuk memantau kualitas air di sekitar lingkungan kita, karena nimfa capung tidak dapat hidup di air yang tercemar atau di perairan yang tidak ada tanamannya. Jadi keberadaan capung dapat menandakan bahwa perairan di sekitar kita masih bersih (Susanti, 1998).
Perubahan populasi capung juga bisa menandai tahap awal pencemaran air, selain tanda-tanda lain berupa kekeruhan air. Namun untuk memastikan suatu sungai atau badan air tercemar atau tidak, harus disertai dengan penelitian fisika dan kimia yang akurat (Susanti, 1998).
Demikianlah pembahasan mengenai Metamorfosis Capung – Morfologi, Perilaku dan Manfaat Semoga ulasan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi anda semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂