Pendidikan

Iman Kepada Qada dan Qadar -Pengertian, Dalil, Perbedaan & Contoh

Table of Contents

Arti Iman pada Qada’ dan Qadar

Keyakinan Qada dan Qadar -Pengertian, Bukti, Perbedaan & Contoh – LecturerEducation.Com – Iman adalah keyakinan yang diyakini dalam hati, diucapkan secara lisan, dan dilakukan dengan perbuatan. Jika kita lihat Qada’ menurut bahasa artinya Ketetapan. Qada’ artinya pemberian Allah SWT kepada setiap makhluk-Nya yang bersifat kekal.

Iman pada Qada dan Qadar


Azali Artinya, ketetapan itu ada sebelum adanya atau lahirnya suatu makhluk. Sedangkan Qadar berarti menurut bahasa berarti ukuran. Qadar berarti penciptaan terjadi sesuai dengan ukuran atau skala yang telah ditentukan. Qada’ dan Qadar dalam kehidupan sehari-hari sering kita sebut takdir.


Sedangkan pengertian qodo dan qodar menurut Alquran yaitu :


arti Qada

  1. Qada artinya hukum atau keputusan yang ada (QS Surat An-Nisa’ ayat 65)
  2. Qada artinya mewujudkan atau menjadikan (QS Fussilat ayat 12)
  3. Qada artinya kehendak (QS Surat Ali Imron ayat 47)
  4. Qada berarti perintah (QS Al-Isra’ ayat 23

Pengertian Qadar

  1. Qadar artinya mengatur atau menentukan sesuatu menurut batasannya (QS Fussilat ayat 10)
  2. Qadar berarti takaran (QS Ar-Ra’du ayat 17)
  3. Qadar berarti daya atau kemampuan (QS Al-Baqarah ayat 236)
  4. Qadar artinya ketentuan atau kepastian (QS Al-Mursalat ayat 23)
  5. Qadar artinya perwujudan kehendak Allah terhadap semua makhluk-Nya dalam bentuk-bentuk batasan tertentu (QS Al-Qomar ayat 49)

Baca juga: Iman di Hari Akhir


Jadi, Iman kepada qada’ dan qadar adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa sesuatu yang terjadi, sedang terjadi, akan terjadi di alam semesta ini, semuanya telah ditentukan oleh Allah SWT sejak dahulu kala.

Iman kepada qada’ dan qadar adalah rukun iman yang keenam. kata Rosululloh SAW

االإ يمان أ ن تو من با لله وملا ئكته وكتبه ورسله واليوم الا خر وتومن با لقد ر خيره وسره (رواه مسلم)

Itu berarti : “Iman adalah kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, akhirat, dan kamu beriman kepada takdir baik atau buruk.” (SDM Muslim)


Dan sabda Rasulullah SAW yang artinya: “Seorang malaikat akan mendatangi nutfah yang telah menetap di dalam rahim selama empat puluh atau empat puluh lima malam seraya berkata; ‘Ya Allah, apakah dia sengsara atau bahagia?’ Maka ditentukan (satu dari) keduanya. Kemudian malaikat bertanya lagi; ‘Tuhanku, apakah dia laki-laki atau perempuan?’ Kemudian ditentukan antara salah satu dari keduanya, ditentukan juga amalnya, umurnya, kematiannya, dan rezekinya. Setelah itu nota ketentuan dilipat tanpa ditambah atau dikurangi lagi.” (HR.Muslim).


Bukti– Bukti Tentang Iman Kepada Qada’ dan Qadar

Dalil yang menunjukkan tiang besar dari rukun iman ini adalah Al-Qur’an, as-Sunnah dan akal.


Bukti Dari Al-Qur’an

Ada banyak dalil dari Al-Qur’an, termasuk firman Allah Azza wa Jalla

وَكَانَ أَمْرُ اللَّهِ قَدَرًا مَقْدُورًا

“…Dan ketetapan Allah itulah ketetapan yang pasti berlaku.” [Al-Ahzab/33 :38]

Juga firman-Nya:

إِنَّا كُلَّ شَيْءٍ خَلَقْنَاهُ بِقَدَرٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” [Al-Qamar/54 : 49]


Baca juga: Nama-nama Surga dan Neraka


Dan juga firman-Nya yang lain:

Tuhan memberkati

“Dan tidak ada sesuatu pun kecuali pada Kami harta, dan Kami tidak menurunkannya kecuali dengan ukuran tertentu.” [Al-Hijr/15 : 21]


Juga firman-Nya:

إِلَىٰ قَدَرٍ مَعْلُومٍ فَقَدَرْنَا فَنِعْمَ الْقَادِرُونَ

“Sampai waktu yang ditentukan, kemudian Kami tentukan (bentuknya), maka Kami-lah yang paling baik menentukannya.” [Al-Mursalaat/77 : 22-23]


Juga firman-Nya yang lain:

ثُمَّ جِئْتَ عَلَىٰ قَدَرٍ يَا مُوسَىٰ

“…Maka kamu datang sesuai dengan waktu yang ditentukan, hai Musa.” [Thaahaa/20 : 40]


Dan juga firman-Nya:

وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا

“… Dan Dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia telah menentukan ukuran mereka dalam urutan yang sempurna.” [Al-Furqaan/25 : 2]


Dan firman-Nya yang lain:

وَالَّذِي قَدَّرَ فَهَدَىٰ

“Dan siapa yang menentukan tingkatan (masing-masing) dan memberi petunjuk.” [Al-A’laa/87 : 3]


Kata-katanya yang lain:

لِيَقْضِيَ اللَّهُ أَمْرًا كَانَ مَفْعُولًا

“… (Tuhan menyatukan kedua pasukan) sehingga Dia akan melakukan sesuatu yang harus dilakukan…” [Al-Anfaal/8: 42]


Serta kata-katanya yang lain:

Amin

“Dan Kami putuskan terhadap Bani Israil dalam Kitab, ‘Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali…” [Al-Israa’/17 : 4]


Baca juga: Hukum dan Pilar Wakaf


Dalil Dari As-Sunnah

Sedangkan sunnahnya seperti sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana tertuang dalam hadits Jibril Alaihissalam

وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ

“…Dan kamu beriman kepada qadar, yang baik dan yang buruk… .”


Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahiih dari Thawus, dia berkata, “Aku mengetahui sejumlah orang dari Sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Segala sesuatu ditentukan oleh takdir.’ Dia melanjutkan, “Dan aku mendengar ‘Abdullah bin ‘Umar berkata, ‘Segala sesuatu adalah ketentuan takdir hingga kelemahan dan kecerdasan, atau kecerdasan dan kelemahan.’”


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

dan:

“…Jika sesuatu terjadi padamu, maka jangan katakan, ‘Jika aku melakukannya, itu akan menjadi seperti itu dan seperti itu.’ Tetapi katakanlah, ‘Itu telah ditetapkan oleh Allah, dan apa yang dia kehendaki harus dilakukan….’”

Demikianlah (dalil-dalil ini), dan dalam buku ini kita akan menemukan banyak dalil-dalil dari Al-Qur’an dan as-Sunnah, selain yang telah disebutkan.


Bukti Nalar

Adapun argumentasi akal, akal sehat memastikan bahwa Allah adalah Pencipta alam semesta ini, Yang mengaturnya dan Yang menguasainya. Tidak mungkin dunia ini diciptakan dengan sistem yang menakjubkan, terjalin, dan erat kaitannya antara sebab dan akibat sedemikian rupa sehingga ini terjadi secara kebetulan. Karena bentuk itu sebenarnya tidak memiliki sistem pada asal mula bentuknya, lalu bagaimana menjadi tersistem pada saat keberadaan dan perkembangannya.

Jika ini dibuktikan secara ilmiah bahwa Allah adalah Pencipta, maka dapat dipastikan bahwa tidak ada yang terjadi dalam kekuasaan-Nya kecuali apa yang Dia kehendaki dan tetapkan.


Di antara yang menunjukkan pernyataan ini adalah firman Allah Azza wa Jalla:

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ يَتَنَزَّلُ الْأَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَنَّ اللَّهَ قَدْ أَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًا

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan bumi seperti itu. Perintah Allah berlaku baginya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah, ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu. [Ath-Thalaaq/65 : 12]


Maka perincian tentang qadar tidak diingkari dengan akal, melainkan hal-hal yang disepakati secara tegas, sebagaimana akan dijelaskan kemudian.


Baca juga: Hari Besar Keagamaan Islam


Pengaruh iman pada qada’ dan qadar

Percaya pada qadha dan qadar adalah hati kita. Kita harus percaya dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan, adalah kehendak Tuhan. Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah bagi kita. Dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: “Barangsiapa yang tidak ridha dengan rekaan-Ku dan takdir-Ku serta tidak sabar terhadap musibah yang Kutimpakan kepadanya, maka hendaklah ia mencari Tuhan selain Aku. (HRTabrani)


Takdir Allah adalah iradah (kehendak) Allah. Oleh karena itu takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Ketika takdir untuk kita sesuai dengan keinginan kita, marilah kita bersyukur karena itu adalah nikmat yang Allah berikan kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau musibah, maka kita harus menerimanya dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik bencana itu ada hikmah yang terkadang kita tidak mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui apa yang dikerjakannya


Hikmah orang yang beriman pada qada’ dan qadar

Dengan beriman kepada qadha dan qadar, maka banyak pelajaran yang sangat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Pelajaran ini meliputi:


  • Banyak Bersyukur dan Sabar

Orang yang beriman dengan qadha dan qadar, jika mendapatkan keberuntungan maka akan bersyukur, karena keberuntungan adalah anugerah dari Allah yang wajib disyukuri. Sebaliknya, jika terjadi musibah, ia akan bersabar, karena ini adalah ujian. Firman Tuhan:


Artinya: “Dan nikmat apa saja yang kamu miliki, maka itu dari Allah (datangnya), dan jika musibah menimpa kamu, maka hanya kepada-Nya kamu meminta pertolongan.” (QS An-Nahl ayat 53).


  • Hindari Kesombongan dan Keputusasaan

Orang yang tidak percaya pada mengarang dan mengambil keputusan, ketika mendapatkan kesuksesan, mereka menganggap bahwa kesuksesan itu semata-mata karena hasil usaha mereka sendiri. Dia juga merasa hebat. Ketika mengalami kegagalan, ia mudah mengeluh dan menyerah, karena ia menyadari bahwa kegagalan sebenarnya adalah ketentuan Allah. Firman Allah SWT:


Artinya : Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali orang-orang yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)


Baca juga: Nama-nama malaikat dan tugasnya


  • Jadilah Optimis dan Enterprising

Manusia tidak tahu nasib apa yang telah terjadi padanya. Semua orang tentu menginginkan keberuntungan dan keberuntungan. Keberuntungan tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh karena itu, orang yang percaya pada pengambilan keputusan dan pengambilan keputusan selalu optimis dan bekerja keras untuk mencapai kebahagiaan dan kesuksesan tersebut. Firman Tuhan:


Artinya: Dan carilah apa yang telah Allah limpahkan kepadamu (kebahagiaan) di akhirat nanti, dan jangan lupakan bagianmu (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangan merusak ( muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al-Qashas ayat 77)


Orang yang beriman pada qadha dan qadar selalu mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, karena selalu merasa senang dengan apa yang telah Allah tetapkan untuknya. Jika beruntung atau berhasil, dia bersyukur. Jika terkena bencana atau kegagalan, dia bersabar dan mencoba lagi. Allah SWT berfirman:


Artinya : Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang dan ridho-Nya. Kemudian masuklah ke dalam jemaah hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku. (QS. Al-Fajr ayat 27-30)


Demikian penjelasan artikel di atas tentang Keyakinan Qada dan Qadar -Pengertian, Bukti, Perbedaan & Contoh semoga bisa bermanfaat untuk semua pembaca setia DosenPendidikan.Com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

| |
Back to top button