10 Pembantaian Suku Indian – Sejarah, Budaya & Kepercayaan
10 Pembantaian Suku Indian – Sejarah, Budaya, Kepercayaan & Kesenian – Untuk pembahasan kali ini kami akan mengulas mengenai Suku Indian, yang dimana dalam hal ini meliputi pembantaian, sejarah, budaya, kepercayaan, dan kesenian, nah agar lebih memahami dan dimengerti simak ulasannya dibawah ini.
Sejarah Suku Indian
Suku Indian adalah pemukim pertama Amerika Utara yang datang dari Asia lebih dari 20.000 tahun lalu. Karena mengikuti hewan buruan, mereka mengembara meleewati Selat Bering “dulu tanah genting, kini pemisah Asia dan Amerika Utara”, lambat laun mereka menetap dan berkembang menjadi berbagai suku.
Sebuah tim peneliti internasional menemukan penduduk asli Amerika terdiri dari tiga kelompok migran yang berasal dari Asia. Mereka tiba ke Amerika dalam tiga gelombang migrasi besar menyeberangi jembatan darat 15 ribu tahun lalu. Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Nature menunjukkan semua kelompok awalnya berasal dari Siberia, lalu melewati Beringia, sebuah jembatan tanah yang menghubungkan benua Asia dan Amerika selama zaman es, kini jembatan darat ini sudah tidak ada dan menjelma menjadi Selat Bering.
Baca Artikel Terkait Tentang Materi : “Suku Kikuyu” Sejarah & ( Bahasa – Adat Istiadat – Rumah )
Kelompok migran pertama yang dikenal sebagai “First Americans” menghuni sebagian besar wilayah Amerika utara dan selatan. Disusul dua kelompok berkutnya yang menghubi wilayah yang sama. DNA dari kelompok kedua dan ketiga masih dapat ditemukan pada penduduk asli Amerika saat ini.
Dengan mempelajari variasi urutan DNA penduduk asli Amerika, tim peneliti menemukan sebagian besar mereka berasal dari kelompok migran pertama. Sementara dua migrasi berikutnya berperan penting menambah variasi genetik.
Suku Indian di Amerika mereka menjadi kaum yang disisihkan dari pergaulan, Apalagi sewaktu jaman columbus mereka sempat dibantai oleh pasukan columbus dan kroni-kroninya. Karena disamping suku Indian punya lahan emas yang menjadi ajang rebutan mereka. Istilah Indian sendiri berawal dari kedatangan bangsa Eropa pada abad 16 yang ketika bertemu dengan penduduk asli dan mengira mereka tiba di India “Asia” dan secara keliru mereka menyebut penduduk asli di benua Amerika ini sebagai “orang India” atau “Indian”.
Bangsa Eropa menginginkan wilayah ini untuk dijadikan sebagai pemukiman kedua setelah benua Eropa. Maka terjadilah berbagai konflik antara bangsa Eropa dengan penduduk Asli Amerika yang disebut sebagai Indian. Bangsa Eropa datang dengan budaya yang lebih maju, serta dengan persenjataan yang lebih hebat, maka sia-sia lah perlawanan bangsa Indian, yang membuat mereka semakin tergusur ke padalaman hutan dan gurun di Amerika. Bangsa Indian termasuk ras Mongoloid dengan ciri-ciri rambut hitam lurus, kulit coklat kemerah-merahan, mata hitam, tubuh tidak banyak berbulu, tulang pipi menonjol dan wajah pada umumnya lebar.
Budaya Dan Bahasa Suku Indian
Budaya dan bahasa orang Indian berbeda-beda antara satu kawasan dengan kawasan yang lain. Ada yang memiliki peradaban tinggi seperti yang terlihat dari peninggalan suku Aztec dan Inca dan ada pula yang memiliki budaya sangat primitif. Begitupun dalam hal bahasa sangat beragam, di Amerika bagian tengah dan selatan yang lazim disebut Amerika Latin terjadi percampuran darah Indian dan kulit-putih, terutama Spanyol dan Portugis, sudah berlangsung sejak ratusan tahun.
Keturunan campuran ini yang disebut mestis kini merupakan mayoritas penduduk negara-negara Amerika Tengah seperti Honduras, Nikaragua dan El Salvador. Di Amerika Selatan, negara-negara yang mayoritas penduduknya campuran Indian dan pendatang ialah: Venezuela, Colombia, Ecuador, Peru dan Bolivia.
Baca Artikel Terkait Tentang Materi : “Suku Maasai” Sejarah & ( Bahasa – Adat Istiadat – Peninggalan )
Persenjataan Suku Indian
Indian terkenal dengan keahliannya menggunakan busur dan anak panah, tomahawk, berbagai pisau dan senjata lainnya. Sejak mereka mulai mendapatkan invasi dari bangsa Eropa pada abad 16 mereka pun mulai mengenal senjata seperti senapan dan pistol.
Kepercayaan Suku Indian
Kegiatan penginjilan berkembang dengan baik oleh para penginjil Spanyol dan Portugis ratusan tahun yang lalu. Mayoritas keturan Indian dan campuran di kedua wilayah ini telah memeluk agam Kristen Katolik dan Kristen Protestan, tetapi sebagian kecil suku Indian yang hidup terpencil masih menganut animisme.
Kesenian Suku Indian
Suku Indian dikenal dengan keterampilan dan kerajinan tangan yang khas, mulai dari kepala sampai ujung kaki Indian, dibuat sendiri berbagai ornamen berikut pernak-perniknya yang memiliki makna-makna tertentu. Dalam film tentang suku Indian misalnya kalian bisa melihat corak dan motif pakaian yang Indah, terbuat dari bulu binatang yang ampuh mengatasi rasa dingin dan juga hiasan kepala yang menarik. Begitupun dengan sepatu yang mereka gunakan, kalian bisa melihat bahwa sepatu orang Indian didesain dengan elagan bahkan sempat menjadi referensi dunia fashion Internasional.
Pembantaian Suku indian
Berikut ini terdapat 10 pembantaian suku indian, terdiri atas:
-
Sand Creek Massacre
Pada tahun 1864, desa Indian Cheyenne, terletak di Sand Creek, Colorado, dihuni oleh 800 orang Suku Indian. Desa ini kemudian ditetapkan sebagai daerah di bawah perlindungan tentara Amerika. Kepala suku, yang dikenal dengan julukan Black Kettle, telah mengadakan perjanjian dengan tentara yang berada di sekitar wilayah itu. Suku ini mendapat jaminan keamanan dan perlindungan dari komandan tentara setempat. Namun perjanjian ini ternyata berlaku sepihak.
Kolonel John Chivington, yang berambisi untuk menjadi seorang anggota Kongres mewakili daerahnya, meyakini bahwa untuk mewujudkan ambisinya ini, ia haruslah memenangi pertempuran melawan orang-orang Indian.
Namun Suku Cheyenne yang berada di wilayah Sand Creek adalah suku yang jauh dari tabiat cinta perang dan membuat masalah. Mereka memiliki reputasi yang baik karena sifat damainya. Namun, Chivington kemudian memutuskan untuk mengumpulkan 700 milisi sukarelawan, dan membakar desa Cheyenne.
Pada 29 November, hanya sehari setelah perjanjian ditandatangani antara Black Kettle dan Chivington, milisi-milisi kulit putih menyerang Cheyenne. Hampir seluruh pria sedang keluar untuk berburu, meninggalkan para wanita, anak-anak, dan orang tua di desa itu tanpa perlindungan. Sekitar 100 hingga 400 orang suku Cheyenne dibunuh pada hari itu.
Baca Artikel Terkait Tentang Materi : “Suku Swahili” Sejarah & ( Bahasa – Adat Istiadat )
Walaupun Chivington kemudian dikecam di seluruh negeri atas aksi kejinya itu, namun ia sama sekali tidak pernah dikenai hukuman.
-
Camp Grant Massacre
Tidak lama setelah Presiden Amerika, Ulysses Grant, memperkenalkan kebijakan damainya terhadap suku Indian, terjadi suatu pembantaian yang terkenal dengan nama Camp Grant Massacre di Arizona bagian selatan pada 30 April 1871. Sebelumnya, suku Indian Apache telah setuju untuk direlokasi ke Camp Grant, setelah diperintah oleh Letnan Royal E. Whitman. Letnan Whitman juga berjanji untuk memenuhi kebutuhan hidup suku Apache selama suku ini berada di Camp Grant.
Sayangnya, masyarakat kulit putih lokal menolak upaya ini, dan menyatakan bahwa militer tidak mampu melindungi mereka dari kemungkinan serangan suku Indian. Warga setempat yang menentang kehadiran orang-orang Apache di wilayah mereka ini, akhirnya menyusup ke dalam kamp itu pada malam hari, di saat para laki-laki dewasa suku Apache sedang keluar untuk berburu. Pembantaian segera tak terelakkan.
Sebagian besar yang terbunuh dari pembantaian ini adalah wanita dan anak-anak. Para pelaku pembantaian, yang berjumlah 104 orang, berdalih bahwa suku Apache hendak membakar rumah-rumah warga sekitar kamp. Walaupun alasan yang digunakan oleh para pembantai ini sama sekali tidak memiliki dasar yang kuat, namun mereka semuanya kemudian terbebas dari jeratan pidana.
-
Wiyot Tribe Massacre
Selama lebih dari 1.000 tahun, suku Indian Wiyot telah mendiami pulau-pulau di sepanjang pantai utara California, yang dikenal sebagai Indian Island. Suku Wiyot baru saja menyelesaikan upacara peringatan tahun baru mereka ketika sebuah tragedi yang mengerikan menimpa suku ini.
Pembantaian yang terjadi pada tanggal 26 Februari 1860, berlangsung saat para pria dewasa dari suku Wiyot sedang keluar untuk mengumpulkan makanan. Sekumpulan milisi kulit putih lokal menyeberangi selat kecil yang memisahkan pulau itu dengan daratan, kemudian mulai membantai wanita, anak-anak, dan orang tua yang bermukim di pulau tersebut. Sebuah laporan menyebutkan, antara 60 hingga 200 orang Indian Wiyot tewas akibat pembantaian tersebut.
Sheriff lokal menyatakan, bahwa aksi ini adalah aksi balas dendam para pemukim kulit putih, setelah sebelumnya suku Wiyot kerap kali mencuri hewan ternak orang-orang kulit putih. Sebenarnya ini adalah rekayasa yang dibuat-buat untuk menutupi fakta yang ada. Kenyataannya, pemimpin milisia lokal menginginkan agar grup milisinya ini diakui oleh pemerintah negara bagian, sehingga mereka mendapat dana tunjangan setiap tahunnya. Si pemimpin percaya bahwa dengan membantai suku Indian lokal, maka tujuannya itu akan berhasil. Namun kenyataannya justru berkata sebaliknya.
-
Bridge Gulch Massacre
Bridge Gulch Massacre, terhadap suku Wintu dari California Utara, terjadi pada tanggal 23 April 1852. Sesaat sebelum peristiwa terjadi, seorang pria bernama John Anderson terbunuh, ketika keledai yang biasa ia kendarai kembali ke peternakannya tanpa sang tuan. Sebanyak 70 orang kemudian menyisir lokasi kejadian untuk menemukan si pembunuh, yang sebelumnya telah dicurigai bahwa salah satu pelakunya adalah anggota suku Wintu, walaupun pelaku pembunuh sebenarnya bukan berasal dari suku Wintu.
Mengelilingi suatu lembah kecil yang terkenal dengan nama Bridge Gulch, sekumpulan penyerang memulai aksinya pada pagi hari, menembak seluruh pria, wanita, dan anak-anak yang mereka temui di lembah itu. Sebanyak 150 orang Indian meninggal terbunuh, hanya 2 anak perempuan yang berhasil selamat dari pembantaian ini. Mereka kemudian dibawa ke kota terdekat dan diadopsi oleh keluarga kulit putih.
Baca Artikel Terkait Tentang Materi : “Suku Bushman” Sejarah & ( Bahasa – Adat Istiadat – Rumah Adat – Peninggalan )
-
Cypress Hill Massacre
Cypress Hill Massacre terjadi di Saskatchewan, Kanada, pada tahun 1873. Orang-orang Indian telah mendiami daerah itu selama ribuan tahun. Sementara itu, sekumpulan pemburu asal Montana, Amerika Serikat, juga berkeliaran di wilayah Saskatchewan dan juga mendirikan pos-pos perdagangan yang tersebar luas. Pertikaian antara orang-orang Indian dengan para pemburu ini mulai muncul ketika stok buruan mulai berkurang drastis. Kuda-kuda milik para pemburu juga banyak yang dicuri, sehingga ketegangan rasial antara dua golongan semakin memuncak.
Ketika para pemburu sudah cukup bosan untuk terus mengejar orang-orang Indian yang mencuri kuda-kuda mereka, para pemburu ini memutuskan untuk balas dendam.
Suatu malam, salah seorang pemburu kulit putih yang mabuk mencuri satu kuda dari perkampungan Indian sebagai ‘ganti rugi’ atas hilangnya kuda-kuda para pemburu. Namun para jagoan suku Indian, yang juga sama-sama mabuk, menantang para pemburu ini untuk berduel. Orang-orang kulit putih kemudian mengamuk, dan membunuh 20 orang Indian di wilayah itu.
Pihak kepolisian Kanada yang memproses peristiwa pembantaian ini, berhasil menangkap 3 orang pemburu ketika mereka hendak kabur ke Montana. Namun karena bukti yang terbatas, mereka dibebaskan kembali.
-
Three Knolls Massacre
Pada tahun 1865, populasi Suku Indian Yana terus berkurang jumlahnya menjadi kurang dari 100 orang, dan bermukim di sekitar Lassen Peak, California. Setelah pembunuhan beberapa orang kulit putih tidak jauh dari wilayah itu, para pemburu kemudian mengejar para pelaku pembunuhan hingga ke Three Knolls, di mana ada banyak orang Indian yang tinggal di wilayah itu.
Para pemburu kulit putih ini kemudian membunuh semua orang Indian yang tinggal di situ, hanya beberapa orang Indian yang berhasil kabur dan selamat. Seorang pria Indian Yana, Ishi, menyaksikan peristiwa pembantaian itu saat ia masih anak-anak. Ishi dan keluarganya kabur dan bersembunyi ke pegunungan terdekat selama 40 tahun.
-
Marias Massacre
Pembantaian paling berdarah terhadap masyarakat Indian di Montana, justru berawal dari sebuah kesalahan. Kolonel Eugene Baker diperintahkan oleh pemerintah negara bagian untuk mengatasi pemberontakan orang-orang Indian dari suku Blackfeet.
Pada awalnya, Baker dan anak buahnya melacak suku Blackfeet hingga ke sebuah desa yang terletak di bibir Sungai Marias. Pada 23 Januari 1870, para prajurit telah mengepung desa itu dan bersiap untuk menyerang.
Tetapi, salah seorang pengintai mengenali corak warna hiasan khas suku Indian ini, dan memberitahu Kolonel Baker bahwa mereka ini ternyata adalah suku yang berbeda dari suku Blackfeet. Baker menjawab, “Tidak ada bedanya, satu suku dengan suku yang lain, mereka semua sama dan kita akan tetap menyerang mereka.”
Sebagian besar pria dewasa Indian sedang pergi berburu, sehingga meninggalkan wanita, anak-anak, dan orang tua rentan terhadap bahaya pembantaian. Serangan militer Amerika segera berubah menjadi ajang pembantaian, di mana 173 orang Indian terbunuh. Ketika Baker mengetahui adanya wabah cacar di desa itu, ia segera meninggalkan dan mengabaikan orang-orang Indian itu, sehingga korban tewas akibat wabah cacar bertambah hingga mencapai 140 orang.
Baca Artikel Terkait Tentang Materi : Suku Aborigin
-
Yontocket Massacre
Orang-orang Indian dari Suku Tolowa mengklaim kepemilikan atas sejumlah tanah di wilayah perbatasan antara California dan Oregon, yang kini didiami dan diambil paksa oleh orang-orang kulit putih. Pada tahun 1853, para pendatang kulit putih membentuk milisi-milisi bersenjata, dengan tujuan untuk melancarkan pembersihan terhadap orang Indian yang mereka temui.
Pada musim gugur tahun 1853, orang-orang Tolowa mengadakan ibadah bersama di Yontocket, ketika sekelompok orang kulit putih, yang dipimpin J.M. Peters, mengendap-endap masuk ke dalam perkampungan Indian dan mulai melancarkan serangan mereka.
Peters kemudian dengan bangga mengatakan pada jurnalnya, bahwa tidak seorangpun anak buahnya yang tewas pada hari itu. Kebalikannya, hanya satu orang Indian yang dibiarkan hidup oleh Peters dan rekan-rekannya.
-
Clear Lake Massacre
Sebuah pulau yang terletak di dalam danau Clear Lake, California, diberi nama Bloody Island setelah terjadinya salah satu pembantaian paling kejam dalam sejarah genosida orang-orang Indian di Amerika Serikat. Orang-orang Indian dari suku Pomo, setelah mendapat perlakuan kejam dari para kolonis kulit putih di California, mulai dari pembunuhan, perbudakan, hingga pemerkosaan, akhirnya membalas dendam dan membunuh dua orang kulit putih. Selanjutnya, para pembunuh bersembunyi di Bloody Island yang terletak di tengah danau Clear Lake.
Kapten Nathaniel Lyon, prajurit dari Kesatuan Kavaleri Amerika, beserta anak buahnya menyisir hutan di sekitar danau Clear Lake untuk menangkap para pembunuh. Setelah Kapten Lyon berhasil menemukan kemah-kemah yang dicurigai sebagai kemah para pembunuh dan mengetahui para pembunuh telah bersembunyi di Bloody Island, maka ia segera mengepung dan menyerang pulau itu. Serangan yang berubah menjadi pembantaian itu menewaskan 100 hingga 400 orang Indian.
Sebuah koran lokal menyatakan bahwa aksi pembantaian ini adalah genosida yang didukung oleh pemerintah negara bagian, namun empat hari kemudian, mereka meralat pernyataannya dan menyimpulkan bahwa jumlah korban dari pembantaian ini telah dilebih-lebihkan.
-
Bear River Massacre
Salah satu pembantaian terbesar yang menimpa orang-orang pribumi Indian di Amerika ini tetap diselimuti ketidakjelasan, karena kejadiannya yang bersamaan dengan Perang Sipil Amerika. Suku Indian Shoshone yang bermukim di bagian selatan Idaho, bersengketa dengan para pemukim kulit putih, setelah orang-orang kulit putih merampas lahan-lahan pertanian orang Indian. Bertekad untuk mempertahankan seluruh lahan pertanian dari gangguan orang-orang kulit putih, Suku Shoshone bertekad untuk membalas dendam. Namun, mereka menghadapi Kolonel Patrick Connor dan 200 orang anak buahnya.
Kolonel Connor menyerang perkampungan suku Shoshone pada 29 Januari 1863, secara brutal membunuh hingga 250 orang Indian. Anak buahnya memperkosa semua wanita yang masih hidup, dan akhirnya membakar perkampungan orang-orang Indian, hingga rata dengan tanah.
Demikianlah pembahasan mengenai 10 Pembantaian Suku Indian – Sejarah, Budaya, Kepercayaan & Kesenian semoga dengan adanya ulasan tersebut dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian semua, terima kasih banyak atas kunjungannya. 🙂 🙂 🙂